Tags

, , , , , ,

     Mempertahankan, mempertahankan apa yang ada dalam benak.

Benak yang selama ini hanya mampu ku kuatkan oleh seorang diri. Benak yang selama ini memang ku pertahankan. Ku pertahankan dengan sadar dengan rasa yang kemudian berlanjut secara tak sadar. Tak sadar mengisi, dan terus mengisi. Kesadaran, ketidaksadaran dalam mempertahan kan rasa dalam benak yang tiap hari naik maupun turun. Rasa yang mungkin tak sembarang orang bias kuberi tahu. Rasa dimana Merah kemudian bercampur dengan Putih, Rasa dimana Coklat bertemu Keju.

     Mempertahankan apa yang ada dalam benak ini begitu gundah. Gundah akan satu hal. Satu hal dimana kau akan tahu bahwa aku yang selama ini hanya menyimpan namamu di dalam benakku, dan mengingat gambaran wajahmu dalam ingatan ku. Ingatan akan semua kejadian, akan sebuah pengharapan. Ingatan yang kadang membuat antara aku akan terus disini atau aku akan pergi dengan mudahnya dari lamunan palsu itu.

     Mempertahankanmu dalam benak ini kadang membuatku antara menjadi seekor merpati yang selalu senang terbang tinggi dan bahagia terbang diantara awan-awan indah di kebiruan, atau menjadikan ku seekor semut yang tak tau arah jalan dan hanya mengandalkan instingnya dalam hidupnya.

     Tapi, aku, aku bukan seekor merpati, bukan pula seekor semut yang dengan mudahya diusir. Aku ingin menjadikan semua ini benteng tingggi. Benteng tinggi yang akan terus mempertahannkan. Benteng yang dengan adanya entah kadang dianggap, atau kadan tak dianggap. Benteng tinggi yang berupaya menyembunyikan apa isi didalamnya, kecuali jika kamu naik dan terus naik dengan tangga yang ada.

     Benteng tinggi akan menjadi sebuah pertaruhan. Pertaruhan seberapa besar keberadaannya dianggap sekitarnya. Sebuah benteng yang akan terus melindungi yang berada di baalik tembok tingginya. Sebuah benteng yang akan terus kokoh walaupun waktu kadang begitu menakutkan untuk menemani.